Jumat, 21 September 2012

The Shepherd





In the area of ​​wide meadows, green grass like a green carpet, there lived a shepherd who had a lot of sheep. Every day he grazed his sheep in the pasture.

‘This job is very fun, I can graze the sheep while playing around’ he thought. It was true that he could tend the sheep while playing around when he was saturated. Sometimes he played chase and catch the sheep which were eating green grass. 

Sometimes he also climbed trees to pick the fruit and lied on the tree while looking at the sheep from above.

'The place is very comfortable at all.' Think the shepherd as he closed his eyes began to feel heavy. He fell asleep.

After waking up, he saw the sheep were sheltering under a very shady tree. After that, he did not forget to count the number of sheep. And the sheep were apparently still intact. He was muttering, 'This job is great fun apparently, because even though I was sleeping, the sheep are not lost at all.'



The rainy season was the season that he didn’t like at all, because he would work harder every day. He was annoyed at having to wash the sheep every evening before getting the sheep in. And he could not play or sleep in the tree anymore. Therefore, he thought that the sheep should not be grazed too far. In fact, every day he forced the sheep grazing in one place. This caused the grass near the cage were exhausted quickly.

Until the end of the rainy season, the grass around the cage was up and resembling a barren terrain. Instead area further there planted green grass resembled a very dense forest. It made him have further herding sheep. And it was getting much when he grazed the sheep approaching the wilderness.



This made him far from the village and easy to feel tired and bored. 'Ah, so bored. I've climbed a tree and slept but I am still tired too,’ he muttered as more bored.
From here, he could only see a few people were farming.

To amuse himself, he sometimes left his sheep just to chat with the farmers. However, according to the farmers, he was very disturbing their work as he invited a conversation while they were busy working.



Then the farmers also agreed to not respond when he invited the conversation. And this made him furious with the farmers.

'I just want to chat with them, why they do ignore me anyway. This makes me get angry. I'll fool them, 'thought the shepherd as he walked toward the sheep.

'Mm… how to fool them ... mmm,' muttered the shepherd while holding his chin.
'Aha, I get the idea. I'll just pretend my sheep are attacked by wolves. Once they come here and see my sheep are fine, they would look fool hahaha, 'said the shepherd confidently.

Finally he started the idea to fool them.

'Help ... wolves .... wolves attack my sheep. Help me…' shout the shepherd.
Due to shout loud enough to hear, the farmers also came with tools that are prepared to repel wolves. But what a surprise, when they arrived at the sheep, it was calm and nothing happen.



Puzzling, one of them asked. 'Hey, where are the wolves? We see that you and your sheep are okay! '

Instead of answering, the shepherd was laughing out loud. 'Hahahaha wolves? Are you kidding me? There are no wolves here, don’t you see it? My sheep are just fine hahaha… fool you.’

The farmers even more annoyed with his attitude. They all were feeling very cranky and angry.
'Huh, you little liar," said one of the farmers.
'Yeah, he's a liar!" replied the oldest farmers while he laid the hoe on his shoulder.
'Let's just get back to work."

Eventually they return to work. The shepherd still laughed. 'Hahaha they are stupid as well, there are no wolves here, hahaha'.

The next day, he did it again. And the farmers got angrier.
Finally one of the farmers said, "Tomorrow, if he yells again, we have to keep coming, because surely he's lying again."
'Sure.' replied the other farmer.

The third day, the shepherd was not aware that he leaded his sheep closer to the forest. And when he tried to rest, suddenly a group of wolves were running around chasing his sheep. He was frantic. He shouted with a voice asking for help the farmers. But none of them came.

'Help… wolves… wolves… help me….oh nooo… my sheep…’ Shouted the shepherd with a panic of seeing the sheep are attacked by wolves.
In the area of ​​agriculture, farmers ignored it, one of them said, 'He must be lying again like the other day, we should not be there, or he will just laughed at us.' Other farmer replied. "Absolutely, we're better continuing our work.'

Finally, his sheep were attacked by the wolves. And this happen because he lied so no one believed in him. THE END.

Si Penggembala




Di daerah padang rumput yang luas, rumput-rumput yang hijau bagaikan hamparan karpet hijau, hiduplah seorang penggembala yang memiliki banyak domba. Sehari-hari dia menggembalakan domba-dombanya di padang rumput.

‘Pekerjaan ini sangat menyenangkan sekali’ Pikir dia. Karena dia bisa sambil bermain ketika jenuh. Terkadang dia bermain mengejar dan menangkap domba-domba yang sedang memakan rumput hijau.

Terkadang dia juga memanjat pohon untuk memetik buahnya dan tiduran diatas pohon itu sambil melihat domba-dombanya dari atas.

‘Tempat ini sangat nyaman sekali.’ Pikir si Penggembala sambil menutup matanya yang mulai terasa berat. Dia pun tertidur.


Setelah bangun, dia melihat domba-dombanya sedang berteduh dibawah pohon yang sangat rindang. Setelah itu, dia tidak lupa untuk menghitung jumlah dombanya dan ternyata dombanya masih utuh. Dia pun bergumam, ‘Pekerjaan ini sangat menyenangkan ternyata, karena biarpun saya tidur, domba-domba ini tidak berkurang sedikitpun.’




Musim hujan adalah musim yang tidak dia sukai, karena pekerjaan dia akan lebih berat setiap harinya. Dia merasa jengkel karena harus memandikan domba-domba itu setiap sore sebelum dimasukkan kekandang. Selain itu, dia juga tidak bisa bermain atau untuk tidur diatas pohon. Oleh sebab itu, dia berpikir agar tidak menggembalakan domba-dombanya terlalu jauh. Bahkan setiap hari, dia memaksakan domba-domba itu memakan rumput disatu tempat saja. Ini menyebabkan rumput disekitar kandang cepat habis.

Hingga di akhir musim hujan, rumput di sekitar kandang sudah habis dan menyerupai tanah lapang yang gersang. Sebaliknya didaerah yang lebih jauh rumput-rumput hijau menyerupai hutan yang sangat lebat. Ini membuat dia harus lebih jauh lagi menggembalakan domba-dombanya.

Semakin hari semakin jauh pula dia menggembalakan domba-dombanya bahkan mulai mendekati hutan belantara.




Ini membuatnya semakin jauh dari perkampungan dan gampang merasa jenuh dan bosan. ‘Ah, bosan sekali. Aku sudah naik pohon dan tidur tapi tetap bosan juga,’ gumam dia karena semakin bosan.

Dari sini, dia hanya bisa melihat beberapa orang saja yang sedang bertani.
Untuk menghibur dirinya, terkadang dia meninggalkan domba-dombanya hanya untuk mengobrol dengan petani-petani itu. Namun, menurut petani-petani itu, dia sangat mengganggu pekerjaan mereka, karena dia mengajak mengobrol saat mereka sedang sibuk bekerja.




Para petani pun sepakat untuk tidak menanggapinya saat dia mengajak mengobrol. Dan ini membuat dia geram dengan para petani itu.

‘Aku kan hanya ingin mengobrol saja, kenapa mereka tidak menghiraukanku sih. Sebel jadinya, awas saja nanti aku kerjain mereka,’ pikir si penggembala sambil berjalan kearah domba-dombanya.


‘mmm kira-kira gimana ya caranya ngerjain mereka…mmm,’ gumam si penggembala sambil memegang dagunya. ‘Aha, aku ada ide. Aku akan pura-pura saja dombaku diterkam serigala. Begitu mereka kesini dan melihat domba-dombaku baik-baik saja, pasti mereka akan kesal hahaha,’ kata si penggembala dengan sangat yakin.
Akhirnya dia pun memulai idenya untuk mengerjai mereka.

‘Toloooooong…ada serigala yang mau menerkam domba-dombaku… toloooong…. ’ teriak si penggembala.

Karena mendengar teriakan yang cukup keras, para petani itu pun berdatangan dengan alat-alat yang dipersiapkan untuk mengusir serigala. Namun betapa kagetnya ketika mereka sampai di tempat domba-domba penggembala itu tenang-tenang saja.




Karena heran, salah satu dari mereka bertanya. ‘Hei, mana serigalanya? Kami lihat kamu tenang-tenang saja dan tidak apa-apa!’
Bukannya menjawab, si penggembala malah tertawa terbahak-bahak. ‘hahahaha mana ada serigala disini, apa kalian tidak melihatnya? Domba-dombaku baik-baik saja hahaha, kalian tertipu hahaha.’

Para petani pun makin kesal dengan sikapnya itu. Ada yang merasa sangat dongkol sekali dan marah karena merasa dikerjain.
‘Huh, dasar anak pembohong,’ kata salah satu dari petani itu.
‘Benar, dia pembohong!’ sahut rekan disampingnya sambil meletakkan cangkul di pundakknya.
‘Ayo kita kembali bekerja saja.’ Kata petani yang lainnya.
Akhirnya mereka kembali bekerja.

Si penggembala masih tertawa geli. ‘hahaha mereka bodoh juga, masa ada serigala disini, ada-ada saja hahaha’.

Hari berikutnya, dia melakukan hal itu lagi. Dan di pun tertawa geli saat para petani itu berdatangan dengan wajah panik.

Akhirnya salah satu dari petani itu berkata, ‘Besok, jika dia berteriak lagi, kita tidak usah datang saja, karena pasti dia berbohong lagi.’
‘Benar sekali.’ Sahut petani lainnya.

Hari ketiga, si penggembala tidak sadar bahwa dia membawa domba-dombanya semakin dekat dengan hutan. Dan saat dia mencoba istirahat, tiba-tiba saja sekelompok serigala berlarian mengejar domba-dombanya. Dia pun panik. Dia berteriak dengan sangat keras meminta pertolongan para petani itu. Namun tidak ada satupun dari mereka yang datang.




‘Toloooong, toloooong ada serigala menerkam domba-dombaku… toloooong.’ Teriak si penggembala dengan sangat panic karena melihat domba-dombanya di terkam sekelompok serigala.

Di area pertanian, para petani tidak menghiraukannya lagi, salah satu dari mereka berkata, ‘Dia pasti berbohong lagi seperti kemarin-kemarin, kita tidak usah kesana, nanti dia malah menertawakan kita.’ Petani yang lain pun menjawab ‘Betul sekali, kita lebih baik melanjutkan pekerjaan kita saja.

Dan akhirnya, domba-dombanya banyak yang diterkam oleh serigala. Itulah akibat dari berbohong. Orang-orang tidak ada lagi yang percaya dengannya. TAMAT.


Selasa, 18 September 2012

Bluebell Mary

ditulis oleh Michelle MacKinnon www.michellemackinnon.com


Bluebell Mary adalah peri yang tinggal di kebun. Suatu hari ia mendengar suara kecil, "Aduuuuh, saya mohon maaf!".




Cepat bersembunyi di bel, dia mengintip di sekitar tepi. Dan di sana ia melihat seorang anak kecil menatap pagar.

"Aku tidak bermaksud menyakiti kamu,” kata anak kecil itu.
"Apa yang kau lakukan di bawah sana?".
Dan kemudian ia menggaruk kepalanya.

Mary cukup bingung. Siapa yang dia ajak bicara? Dan mengapa ia sekarang menusuk sepatu kecilnya?

"Kamu akan baik-baik saja, aku janji. Aku hanya akan pergi menemui ibuku. Kamu tunggu di sana sebentar, "dan kemudian dia menghisap ibu jarinya.

Ketika anak itu pergi, Mary terbang untuk melihat, apa bersembunyi di balik pagar, dan di sana ia melihat lebah.

Dia berdengung  cukup sedih, dan mengatakan kepada Mary, 'Pergi. Aku sekarat karena sayapku patah. Aku tidak akan bisa hidupi.’

Mary mengangkat tongkat sihirnya dan dengan lembut menempelkannya ke sayap lebah. 'Jangan khawatir, ayo ikut aku. "




Dengan jahitan peri kecil, Mary menjahit sayap patah, dan kemudian ia terbang meninggalkan lebah itu di selempang peri ajaib.

Dia memberi makan lebah dengan nektar untuk mengurangi rasa sakitnya, dan beberapa jam kemudian, lebah itu sembuh.

'Terima kasih Bluebell Mary, "kata lebah kecil berterima kasih, dan kemudian dia membuat hadiah dari serbuk sari di lututnya.

"Oh tidak sayang! Kamu tidak harus memberiku! Kamu akan membutuhkan itu untuk sarang. Aku tidak perlu penghargaan, aku sudah senang kamu masih hidup. Kita berdua hidup di kebun ini, dan kita berdua harus saling membantu. Sebaiknya kau terbang pergi sekarang, sebelum anak itu datang dengan ibunya. "

Maka lebah itu terbang dengan rasa bersyukur, dan untuk memberitahu teman-temannya di sarang, bagaimana peri membantunya dan untuk menjaga semuanya tetap hidup. TAMAT.

Bluebell Mary

written by Michelle MacKinnon www.michellemackinnon.com

Bluebell Mary was a fairy, living in the garden. One day she heard a tiny voice, 'Dear me, I beg your pardon!'. 



Quickly hiding in her bell, she peeped around the edges. And there she saw a little boy staring at the hedges.

'I didn't mean to hurt you' is what the small boy said.
'What are you doing under there?'.
And then he scratched his head.

Mary was quite puzzled. Who was he talking to? And why was he now picking at his little shoe?

'You'll be all right, I promise. I'll just go get my Mum. You wait there a minute,' and then he sucked his thumb.

When the boy had gone away, Mary flew to see, just what the hedge was hiding, and there she saw the bee.

It buzzed at her quite sadly, and told her, 'Go away. I'm dying of a broken wing. I will not last the day.'

Mary raised her magic wand and gently tapped the bee. 'Don't worry little lady, just you come with me.'



With tiny fairy stitches, Mary sewed the broken wing, and then she flew her past the sun, in a magic fairy sling.

She fed the bee with nectar to take away the pain, and several hours later, the bee was well again.

'Thank you Bluebell Mary,' said the grateful little bee, and then she made a present of the pollen on her knee.

'Oh no dear! You mustn't! you'll need that for the hive. I don't need rewarding, I'm just glade that you're alive. We both work in this garden, and we both should help each other. You'd better fly away now, before the boy comes with his mother.'

So off the thankful bee flew, to tell them at the hive, how fairies help with Nature to keep it all alive. END.

Jika aku menjadi ...



Aku ingin menjadi ... 

Di sebuah kampung di daerah pegunungan, hiduplah keluarga kecil yang bekerja sebagai tukang batu. Keluarga ini hanya memiliki satu anak yang bernama Grey. Grey adalah anak yang rajin. Dia selalu membantu orang tuanya yang bekerja sebagai tukang batu. Selain membantu ayahnya bekerja memecah batu, dia juga rajin membantu ibunya menyiapkan bekal makanan untuk bekerja. Setiap hari dia juga bangun pagi-pagi untuk menyiapkan peralatan kerja ayahnya.



Grey juga baik dengan teman-temannya. Dia suka bermain dengan mereka. Dia juga gemar menolong teman yang sedang kesulitan. Oleh sebab itu, dia memiliki banyak teman.

Namun, hari ini Grey tidak seperti biasanya. Dia tidak membantu ayahnya yang sedang memecah batu. Ayah pun merasa ada yang tidak wajar dengannya. Wajahnya murung dan memandang keatas. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Karena penasaran ayah berteriak memanggil Grey. 'Greeey !.' Teriak ayah. Terikan ayah mengagetkan Grey, hingga dia seperti orang yang bingung.

Dalam hati, Grey ternyata memikirkan tentang pekerjaan ayahnya yang bisa dibilang pekerjaan rendahan. Dia menganggap ayahnya adalah orang yang lemah. Karena sehari saja tidak bisa memecahkan banyak batu. Padahal memang kondisi ayahnya sudah tidak muda lagi seperti dulu.

Grey ternyata tidak menghiraukan teriakan ayah. Dia pun melanjutkan melamunnya...

Dalam lamunannya, di melihat matahari yang besar dan panas. Dia bergumam 'Matahari ini yang selalu membuat ayah merasa cepat lelah dan kehausan. Andai aku jadi matahari, aku tidak akan membuat ayah kepanasan, sebaliknya aku akan membuat orang lain kepanasan, biar mereka merasakan apa yang dirasakan oleh ayah.'

Dia pun berbaring dan tertidur...

Dalam tidurnya, tiba-tiba saja dia berubah menjadi matahari. Dan benar saja, dia langsung membakar kulit semua orang. Semua orang merasa kepanasan, mereka berlarian kesana kemari. Namun, Grey si matahari juga tidak diam saja, dia mengikuti kemanapun orang-orang itu lari.



Saat semua orang tidak menemukan tempat lain untuk berteduh, tiba-tiba ada benda raksasa yang menutupi Grey si matahari. Ya, benda itu awan tebal yang berwarna hitam. Ternyata sinar Grey tidak bisa mengalahkan pekat dan tebalnya awan itu. Dia pun menjadi sangat kesal. Karena awan itu menurunkan air hujan yang menyejukkan. Semua orang pun bersorak-sorai.



Grey si matahari sadar, bahwa selain matahari ada lagi yang lebih kuat. Yakni awan, yang bisa mengalahkan terik dan panasnya matahari, bahkan merubahnya menjadi udara yang sangat menyejukkan dengan air hujannya.

Setelah itu, dia mengandaikan dirinya menjadi awan…
Dan tiba-tiba saja dia menjadi awan.



Saat ini, Grey si awan sangat gembira. Karena sekarang dia yakin bahwa tidak ada lagi yang lebih kuat dari awan.

Grey si awan mulai membuat kepanikan lagi. Dia menurunkan hujan yang tidak berhenti-henti. Semua orang panik, karena rumah mereka hampir tenggelam. Grey si awan tidak mempedulikan kondisi orang-orang yang hanyut terbawa air, bahkan dia tertawa lebar. ‘hahahaha akhirnya akulah yang paling kuat, aku bukanlah tukang batu yang lemah, aku kuat hahaha aku kuaaat hahaha.’ Begitulah dia tertawa dengan puasnya.

Namun, saat Grey si awan sedang menurunkan hujan disana-sini, tiba-tiba ada yang menggeser tubuhnya menjauhi perkampungan. Angin membawa Grey si awan semakin jauh dari kampung. Benar saja, Grey si awan tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti arah angin membawanya.

Dia pun kesal. Ternyata ada yang lebih kuat dari matahari dan awan. Yaitu angin. ‘Yah, Angin lebih kuat dan hebat dari matahari dan awan.’ Grey si awan bergumam.

Seperti biasa, saat dia menganggap ada yang lebih kuat, dia sangat menginginkan agar menjadi lebih kuat dan hebat lagi.

Dia pun mengandaikan dirinya lagi untuk menjadi angin…
Dan seperti biasa, tiba-tiba saja dia menjadi angin.



Saat dia menjadi angin, senyum rasa puasnya melebihi saat dia menjadi awan. Karena sekarang dia sangat yakin bahwa tidak ada lagi yang lebih kuat selain angin. Dengan angin dia bisa membuat angin ribut yang akan memporakporandakan seluruh kampung dan peternakan.

Grey si angin pun memulai aksinya dengan membuat angin ribut di tengah-tengah kampung. Semua orang panik.

Saat mereka berlindung dirumah, Grey si angin menarik rumah itu. Saat mereka di bawah pohon, Grey si angin mencabut pohon itu. Hingga dia yakin tidak ada lagi tempat buat orang-orang berlindung.

Namun, ada satu tempat yang dia lupakan. Yah, gunung. Orang-orang berlarian menuju ke goa yang ada di dalam gunung.

Dengan sangat yakinnya, Grey si angin mengarahkan angin ributnya kegunung itu. Dia bermaksud untuk menarik dan mencabut gunung itu dari tanah.

Namun sia-sia saja. Seberapa pun kuat dia menarik dan mencabutnya. Gunung itu tidak bergerak sedikitpun. Akhirnya dia putus asa dan harus mengakui bahwa ada yang lebih kuat darinya.

Untuk yang kesekian kalinya, Grey si angin ingin menjadi kuat seperti gunung.

Dia pun mengandaikan dirinya menjadi gunung yang besar dan kokoh…
Dan seperti biasanya, tiba-tiba dia berubah menjadi gunung.



Sekarang dia yakin sekali bahwa tidak ada yang lebih kuat selain gunung. Setelah sebelumnya dia beranggapan bahwa yang lbih kuat itu adalah matahari, awan dan angin.

Namun, betapa terkejutnya Grey si gunung di pagi hari. Karena banyak orang yang mengambil batu dari tubuhnya dan memecah batu-batu itu menjadi kecil. Dan salah satu orang itu adalah ayahnya yang sudah tua namun masih bekerja dengan gigih.

Dia pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menyesal. Bahwa yang lebih kuat dari matahari, awan, angina dan gunung adalah ayahnya yang bekerja tanpa mengenal lelah untuk menghidupi keluarganya.

Tiba-tiba saja dia terbangun dari tidurnya dan segera berlari menuju ayahnya yang sedang memecah batu. Dia memeluk ayahnya dan meminta maaf. Dia pun menjadi lebih giat lagi membantu ayahnya. TAMAT.

Senin, 17 September 2012

I want to be ...


In a village in the mountains, there lived a small family who worked as a mason. This family had only one child named Grey. Grey was a good child. He always helped his parents who worked as a mason. In addition to helping his father worked breaking rocks, he also diligently helped her mother prepare food for work. Every day he woke up early to prepare for his father’s work equipment.



Grey also was good with his friends. He loved to play with them. He also liked to help his friends who were in trouble. Therefore, he had many friends.

However, today Grey was unusual. He did not help his father who was breaking stones. His father also felt something wrong with him. His face was sullen and looked up. He was thinking of something. Grey's father was curious and shouted. 'Greeey!’. Grey was surprised until he was like a boy who was confused.

Inside his heart, Grey turned thinking about his father's work that could be considered as a lowly job. He considered his father was a weak man. Since the day alone could not break many rocks. Though he knew his father’s condition was not young anymore.

Grey did not ignore the father. He also went on making dreams ...

In his dream, he looked in the view of the sun and heat. He murmured "The sun has always made dad feel tired and thirsty. If I were the sun, I would not make daddy too hot, otherwise I'm going to make someone else the heat, let them feel what is felt by my father. '

He had to lie down and slept ...

In his sleep, he suddenly turned into the sun. And sure enough, he went on to burn the skin of all people. All people feel the heat, they were running. However, Grey the Sun, followed where the people were running.



When everyone did not find another place to take shelter, suddenly there was a giant thing which covering Grey the sun. Yeah, that thing was a thick and black cloud. Apparently Grey’s rays could not beat the dense and thick cloud. He also became very upset. The cloud was down water-cooling. Everyone was cheering.



Grey the sun knew that there was something stronger than the sun. That cloud, which can beat the heat of the sun, and even turn it into a very cool air with the rain water.

After that, he supposed himself to be a cloud ...
And suddenly he became a cloud.



Currently, Grey the cloud was very excited. He was convinced that there was nothing more powerful than the cloud.

Gray the cloud started making panic again. He sent rain that could not stop. Everyone was panicking, because their house almost drowned. Grey the cloud did not care about the condition of the people who were waved away, he even laughed. 'Hahahaha finally I am the strongest, I'm not a weak mason, I am strong, I am stroooong hahaha hahaha." He laughed satisfied.

However, when Grey the cloud was rained here and there, suddenly there was a shift away from the village. The wind, it carried Grey the cloud farther from the village. Sure enough, Grey the cloud could not do anything but followed the direction which the wind took.

He was upset. Apparently there were more powerful than the sun and cloud. Namely wind. 'Well, the wind is stronger and more powerful than the sun and cloud.' Grey the cloud muttered.

As usual, when he thought there was something stronger, he wanted to become stronger and more powerful.

He also supposed himself again to be a wind ...
And as usual, he suddenly became a wind.



When he became the wind, he smiled with a satisfaction than before when he became the cloud. Now, he was convinced that there was nothing more powerful than the wind. With the wind he could make a tornado that destroyed the entire villages and farms.

Grey the wind started the action by making a tornado in the middle of the village. Everyone panicked.

When they took a refuge at home, Grey the wind pulled the houses. When they were under the tree, Grey the wind uprooted it. Until he was sure that there was no longer place for people to take the refuge.

However, there was one place he forgot. Well, the mountain. People raced to the cave that was in the mountains.

Confidently, Grey the wind directed the wind into the mountain. He intended to pull out and removed the mountain from the ground.

But he was in vain. No matter how strong he pulled and pulled. The mountain did not move at all. Finally he was desperate and had to admit that there was something stronger than wind.

For the umpteenth time, Grey the wind wanted to be strong like a mountain.

He also supposed himself to be a big and sturdy mountain ...
And as usual, he suddenly turned into a mountain.



Now he was convinced that there was nothing more powerful than a mountain. After he had previously thought that the powerful things were the sun, cloud and the wind.

However, in the morning Grey the mountain was shocked. Because many people who took the stone from his body and break the stones into tiny. And one of them was his father, who was old but still worked diligently.

He could not do anything except regretting. And something more powerful than the sun, cloud, wind and mountains was his father who worked tirelessly to his family.

Suddenly he woke up from his sleep and ran to his father, who was breaking stones. He hugged him and apologized. He became even harder to help his father.

THE END.

Minggu, 16 September 2012

Golden Key (English)



Golden Key (English)


In a store unique objects, dozens of families lived keys. They had lived in this shop for years. They lived happily. In this shop also lived key family called 'Golden Key Family'. This family consists of father, named Old Silver Key and mom Old Golden Key. They had 3 children. Their first child was Iron Key, the second was Harmony Key and the smallest and the last was the Golden Key. They were a happy family. Iron and Harmony were also a good brother and sister to Golden.

However, their happiness was not perceived by the Golden, because so far he had not been used to open any door or anything. His friends teased him because he considered useless. 'His name's all good, but there's no point! hahaha '. That was one of taunts that Golden received every day.

It was true. During this time,Golden had never been used by the shop owner. And no one knew the reason why. Even his father and mother, Old Silver Key and Old Golden Key, they did not know why the shop owner did not use him.

Sad Golden Key


They also worried about the fate of gloom Golden every day, because it had become a habit that unused keys, in a long time would be discarded by the owner. However, the family was not discouraged, they always gave encouragement to Golden, even Iron and Harmony also always accompanied him to play with.

However, what they were waiting for did not come too. Golden unused. And who knew for how much longer ...

Every day Golden cried because he was not useful at all, until one day he thought to go away somewhere to calm down, because the place he lived now was very uncomfortable. Golden felt pain as his friends mocked him as 'The useless Key'.

But he persisted, because he was convinced that there must be the purpose he made and kept by the owner of the store. It was not because the shop owner forgot to throw him away as his friends always said to him.

Until one day, there was an old woman who came to see the shop owner. She looked very familiar at all. And the old woman took the gold box which had a beautiful decoration side of it. At that time the whole families were also amazed and curious about what was inside. All key families hoped that one from their family which could open the box that called 'Golden Box'.

One by one, all the keys tried. But no one was able to open it. Until the store owner remembered that he still had a little key that was lying unused, it was the Golden Key. After trying, finally Golden Box was opened. And there was some gold in it. It was very beautiful.


After that, no more mocked Golden. In fact all families were proud to have the Golden Key because only him who could open the Golden Box. Golden smiled satisfied  because of the truth of his belief that there must be a purpose he made and kept by the shop owner.

THE END

Kunci Emas, 'Golden Key'

Cerita anak 'Golden Key'

Di sebuah toko benda-benda unik, hiduplah puluhan keluarga kunci. Mereka telah menempati toko ini bertahun-tahun lamanya. Mereka hidup bahagia. Di toko ini pula hidup keluarga kunci yang bernama 'Golden Key Family'. Keluarga ini terdiri dari ayah yang bernama Old Silver Key dan ibu Old Golden Key. Mereka memiliki 3 orang anak. Anak pertama mereka adalah Iron Key, kedua Harmony Key dan terakhir yang paling kecil adalah Golden Key. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Iron dan Harmony juga kakak yang baik terhadap Golden.

Namun, kebahagiaan mereka tidak dirasakan oleh Golden, karena selama ini dia tidak pernah dipakai untuk membuka pintu manapun atau benda apapun. Teman-temannyapun meledeknya karena dianggap dia tidak berguna. 'Namanya saja yang bagus, tapi tidak ada gunanya ! hahaha' begitulah salah satu ejekan yang Golden terima setiap harinya.

Memang benar, selama ini Golden belum pernah sama sekali dipakai oleh pemilik toko. Dan tidak ada yang tahu kenapa alasannya. Bahkan sang ayah Old Silver Key dan Ibunya Old Golden Key pun tidak tahu alasan pemilik toko tidak memakainya.

Sad Golden Key
Mereka pun cemas akan nasib Golden yang murung tiap harinya, karena sudah menjadi kebiasaan bahwa kunci yang tidak terpakai dalam waktu lama, pada saatnya akan dibuang oleh pemiliknya. Namun, keluarga ini tidak patah semangat, mereka selalu memberi semangat kepada Golden, bahkan Iron dan Harmony juga selalu menemani adiknya untuk bermain bersama.

Namun, waktu yang mereka tunggu tidak kunjung datang juga. Golden belum terpakai. Dan entah untuk berapa lama lagi...

Setiap hari Golden menangis karena merasa tidak berguna sama sekali, hingga suatu hari dia berfikir untuk pergi jauh entah kemana untuk menenangkan diri, karena ditempat dia tinggal sekarang sudah sangat tidak nyaman. Golden merasa sakit sekali ketika teman-temannya mengejeknya dengan sebutan 'Kunci yang tak Berguna'.

Tapi dia tetap bertahan, karena dia yakin bahwa pasti ada tujuannya dia dibuat dan disimpan oleh pemilik toko ini bukan karena pemilik toko lupa untuk membuangnya sebagaimana yang selalu dikatakan teman-temannya.

Hingga suatu hari, ada seorang nenek tua yang datang menemui pemilik toko ini. Terlihat mereka sangat akrab sekali. Dan nenek itu membawa box berwarna emas dengan hiasan yang sangat indah dipinggirannya. Saat itu pula seluruh keluarga kunci terheran-heran dan penasaran akan isinya. Semua keluarga kunci berharap bahwa ada salah satu dari keluarganya yang bisa membuka box yang disebut 'Golden Box' itu.

Satu-persatu semua kunci dicoba, tapi tidak ada yang berhasil membukanya. Hingga pemilik toko ingat kalau dia masih menyimpan kunci kecil yang tergeletak tidak terpakai, dia adalah Golden Key. Setelah dicoba, akhirnya Golden Box itu pun terbuka dan tampaklah emas didalamnya yang sangat indah.

Setelah itu, tidak ada lagi yang mengejek Golden. Bahkan semua keluarga kunci bangga memiliki Golden karena bisa membuka Golden Box yang isinya ternyata adalah emas. Golden pun tersenyum puas akan kebenaran keyakinannya, bahwa pasti ada tujuan dia dibuat dan disimpan oleh pemilik toko.
TAMAT.